Safaruddin

Sumber gambar: lintasterkini.com

Indonesia adalah negara agraris. Sejak dahulu kala, pendahulu-pendahulu kita berprofesi sebagai petani. Tak ayal, atas anugerah kesuburan tanah dan iklim yang memadai, hampir semua komoditas pangan dapat tumbuh di negeri tercinta ini.

Namun, waktu terus berlalu. Berbagai penemuan penting yang dilakukan oleh manusia telah membawa perubahan yang sangat berarti bagi kehidupan di bumi. Penemuan-penemuan itu di antaranya adalah mengenai teknologi pertanian yang cakupannya sangat luas, salah satunya mengenai penggunaan pupuk dan pestisida. Penemuan-penemuan tersebut dirancang untuk mempermudah cara hidup manusia, dan dalam hal ini, mempermudah manusia untuk mendapatkan hasil yang melimpah pada proses budidaya tanaman pangan mereka.

Jika kita menelisik seberapa berpengaruh penemuan-penemuan mengenai teknologi pemupukan dan pestisida yang pada umumnya berorientasi pada pemanfaatan bahan-bahan kimia, maka akan kita temukan terdapat beberapa kendala. Salah satu kendala tersebut adalah pengaruh penggunaan bahan-bahan kimia terhadap tanah, terutama pada tingkat kesuburannya. Hal tersebut dapat mempengaruhi produksi suatu jenis tanaman yang dibudidayakan dan dalam waktu yang lama, unsur hara alami dalam tanah dapat tergerus. Akibatnya, lahan tersebut dapat mengalami penurunan tingkat kesuburan yang berdampak pada produksi tanaman, yaitu berupa penurunan hasil (sumber: lintasterkini.com).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kesuburan tanah tersebut adalah dengan menggunakan kembali pupuk organik yang bersifat alami. Pupuk tersebut berguna salah satunya mengembalikan kesuburan tanah dan ramah lingkungan. Hal tersebut dipaparkan oleh penggerak pupuk organik asal Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Safaruddin. Beliau adalah seorang tokoh pemuda didikan Pemuda Ansor NU yang gencar menyosialisasikan penggunaan pupuk organik di daerahnya, bahkan sampai ke Kabupaten Maros (sumber: lintasterkini.com).

Di samping mengajak petani untuk menggunakan pupuk organik untuk mengolah dan menyuburkan tanah, Safaruddin juga aktif mengembangkan pertanian organik. Beliau mengungkapkan bahwa beliau telah mengembangkan berbagai jenis tanaman organik, seperti kacang organik, padi organik, dan tambak organik. Hal tersebut merupakan suatu pencapaian yang baik, namun beliau mengaku baru mendalami dunia pertanian sekitar enam bulan (sumber: lintasterkini.com).

Beliau menjelaskan bahwa sistem pertanian organik merupakan sistem yang benar-benar menggantikan sistem pertanian anorganik. Artinya, jika tidak menggunakan bahan kimia dalam pemupukan, maka selamanya harus konsisten untuk menjalankannya. Dengan menggunakan pupuk organik dan pertanian organik, maka kesuburan tanah dapat dikembalikan dengan cara-cara alami. Menurut beliau, jika pemerintah memiliki perhatian khusus terhadap persoalan ini, maka hasil produksi pertanian di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan bisa optimal. Bahkan, biaya produksi dengan sistem ini relatif lebih rendah ketimbang sistem pertanian anorganik sehingga tidak terlalu membebani petani (sumber: lintasterkini.com).

Beliau mengaku telah melakukan berbagai uji coba pertanian organik dan hal tersebut memberi hasil yang cukup positif. Pupuk kimia dapat menghilangkan kesuburan tanah dan memerlukan biaya relatif tinggi, menurut beliau. Beliau juga masih melakukan berbagai uji coba pertanian organik dengan swadaya. Beliau berminat mendalami pertanian organik disebabkan aktivitas beliau dalam komunitas petani alami persaudaraan petani nusantara, PPNU. Beliau mengaku mendapatkan ilmunya dari pengembangan kader Gerakan Pemuda Ansor (sumber: lintasterkini.com).

Namun, beliau mengatakan tidak mudah untuk mengajak petani beralih dari pupuk kimia ke organik karena petani telah memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pupuk kimia dan pemerintah yang kurang begitu memperhatikan persoalan tersebut. Beliau memaparkan petani harus menggunakan pupuk organik disebabkan menyangkut soal kesehatan dan ramah lingkungan (sumber: lintasterkini.com).

Kisah Safaruddin patut diteladani oleh segenap mahasiswa di tanah air, terutama mahasiswa pertanian. Selayaknya, kita selaku mahasiswa, memilik peran yang begitu signifikan terhadap dunia pertanian di Indonesia karena kesempatan untuk mendalami ilmu pertanian pun terbuka lebar. Kita harus bisa mendayagunakan segala potensi diri kita agar bisa bersumbangsih untuk kemajuan pertanian di Indonesia.

Sumber bacaan:
Mujib, 2016. Safaruddin, Tokoh Pemuda Pangkep Penggerak Pertanian Organik. http://lintasterkini.com/01/10/2016/safaruddin-tokoh-pemuda-pangkep-penggerak-pertanian-organik.html (diakses pada 4 Agustus 2017 22.18)

Komentar

Postingan Populer